- Back to Home »
- MOSTER CINTA
Posted by : Nayla
Senin, 15 Juni 2015
Moster Cinta
By: Nailatul Hafifa
“Sayang,
aku kangen sama kamu”, suara lelaki di ujung telepon.
“Aku
juga kangen sama kamu, Sayang. Tapi besok kan kita udah bisa ketemu, dan besok
hari yang paling bersejarah buat kita”, kata gadis itu.
Yah
mereka adalah sepasang kekasih, dan besok adalah hari besar untuk mereka. Hari
yang paling bersejarah, pernikahan. Mereka akan menikah besok, setelah mereka
cukup lama berpacaran. Kurang lebih 6 tahun, dari mereka masih SMA.
Dion,
nama lelaki yang berbicara di ujung telepon. Dan Neisya yang akan menjadi
istrinya besok.
Pernikahan
yang sangat megah dan meriah, banyak yang akan hadir di pernikahan besok, mulai
dari pejabat penting negeri ini bahkan sampai masyarakat biasa.
Ini
sangat megah dan meriah, bagaimana tidak? Orang tua Neisya adalah orang yang
terkenal di negeri ini, yang memiliki banyak perusahaan baik di dalam negeri ataupun
di luar negeri, mulai dari hotel, PT, CV, bahkan tambang batu bara. Sedangkan
orang tua Dion, adalah salah satu mitra orang tua Neisya. Pernikahan ini tidak
hanya pernikahan dua insan saja tapi pernikahan dua keluarga yang terpandang,
dan bisa juga dikatakan pernikahan politik.
Terlihat
Neisya membalurkan lulur ke tubuhnya, tak ingin terlihat kusam di hari
pernikahannya. Senyumnya pun tak pernah hilang dari wajah Neisya, dia menabur
senyum hari.
Hari
pernikahan tiba, Neisya sudah siap disana menanti datangnya mempelai pria. Dia
terlihat sangat cantik dengan balutan baju pengantin khas adat jawa, begitu
juga dengan tata riasnya, dia tidak memakai make up saja sudah cantik, apalagi
saat dia bermake-up, semakin cantik saja dia. Bibirnya dilapisi dengan lipstick
warna merah, dan membuat senyumnya sangat mampu melelehkan hati pria tepatnya
tamu pria yang datang.
Mempelai
pria datang, dengan baju dan tata rias yang senada dengan Neisya. Acara
berlaksung khidmat, dan sampailah pada acara inti yaitu acara pengucapan janji
dengan sang pencipta dimana mempelai pria akan ber-akad.
“Saya
nikahkan engkau saudara Dion Putra Hendra Kusumo dengan saudari Anita Neisya
Candrawinata dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang bernilai
88.888.880 rupiah dibayar tunai”, ucap penghulu.
“S-S-Saya
t-terima”, Dion terlihat gugup mengucapkannya.
“Hentikannnnnnn”,
teriak wanita yang baru datang.
Semua
mata memandang ke arahnya, bagaimana bisa dia mengganggu acara ini.
“Hentikan
semua ini”, teriaknya lagi.
Neisya
geram dengan wanita itu, bisa-bisanya dia mengganggu acara pernikahan Neisya.
“Siapa
dia Dion?”, tanya Neisya.
“Dia-Dia….”,
terbata-bata saat Dion menjawab pertanyaan Neisya.
“Dion”,
teriak wanita itu memanggilnya.
“Maafkan
aku Nei, aku gak bisa nikahin kamu”, kata Dion lirih kepada Neisya.
Jedddaarrr…
Neisya tidak percaya semua ini, dia tidak menyangka Dion akan berkata seperti
itu padanya.
Semua
para undangan menyaksikannya, termasuk keluarga besar Candrawinata dan Henda
Kusumo.
Neisya
mematung disana, menyaksikan Dion pergi dari sampingnya dan menghampiri wanita
itu.
“Maaf
Pa, Dion gak bisa ngelakuin yang Papa mau. Dion mencintai Sisil bukan Neisya,
dan Dion gak mau nyakitin Neisya dengan pernikahan ini”, kata Dion kepada
Papanya.
Orang
tua Neisya sangat geram dengan apa yang diucapkan Dion tadi.
“Maaf
Neisya”, kata Dion.
Dion
pun pergi meninggalkan tempat pernikahannya dengan Neisya, dia pergi dengan
wanita yang dia sebut Sisil.
Air
mata menetes dari mata Neisya, dia tidak dapat lagi membendungnya. Para
undangan pun kini menghilang satu per satu, acara pernikahannya menjadi kacau,
bahkan bukan kacau lagi tapi acara pernikahan yang gagal.
Candrawinata,
ayah Neisya terlihat ambruk dan kejang-kejang. Neisya segera menghampirinya.
“Papa,
papa”, kata Neisya di sela tangisnya.
Ibu
Neisya mematung, melihat suaminya yang sekarat dan menyaksikan pernikahan putri
satu-satunya yang gagal.
“Papa
papa jangan pergi, jangan tinggalin Neisya”, Neisya berteriak di samping
ayahnya yang sudah menutup mata.
Candrawinata,
ayah Neisya telah menghadap sang Kuasa. Dia terkena serangan jantung tadi.
“Papaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”,
Neisya menangisi kepergian ayahnya.
***
“Ga, keluar yuk”, ajak Neisya.
“Duh, Nei gue masih ngantuk”.
“Ah lo mah ngantuk terus, ayo bangun Ga”,
Neisya mengguncang-guncangkan tubuh Vega sahabat karibnya.
“Uh resek lo, lo kok bisa masuk sih kan
pintunya di kunci”.
“Gue kan punya kunci cadangan rumah lo,
ayo bangun !”, kata Neisya merengek.
Vega masih ngantuk, dia membetulkan
selimutnya, tidak menghiraukan Neisya yang dari tadi menunggu dikamarnya,
menunggunya bangun.
“Vega Banguuuuuuuuuuuuuuuun”, Neisya
berteriak tepat di lubang telinga Vega.
“Iya iya iya”, Vega menyerah dia tak
mau gendang telinganya pecah gara-gara dia tak menuruti apa yang Neisya mau.
***
“Jadi lo bangunin gue pagi-pagi cuma
disuruh nemenein lo sarapan di restoran”, gerutu Vega.
“Salah satunya itu”, kata Neisya dengan
mulut terisi roti panggang kesukaannya.
“Salah satunya? Emang ada lagi
alasannya?”, tanya Vega sambil menyerudut susu hangat.
“Ada, gue mau ngenalin pacar baru gue
ke lo”.
“What? Gue gak salah denger kan?”,
tanya Vega dengan mata melotot kea rah Neisya.
“Vega sayang, telinga lo gak bermasalah
kok”.
“Telinga gue emang gak bermasalah, tapi
lo yang bermasalah”.
“Lahh kok gue? Emang kenapa gue?”.
“Pakek nanyak lagi, kemaren kan lo baru
jadian sama Angga, dan sekarang lo bilang mau ngenalin pacar baru lo ke gue,
jangan bilang itu orangnya Angga”.
“Vega sayang, ngapain sih gue ngenalin
Angga ke lo, lo kan udah kenal dia, yang ini bukan Angga. Liat saja nanti”,
kata Neisya dengan nada santai.
“Lo udah putus sama Angga?”, tanya Vega
memastikan.
Neisya hanya tersenyum sambil memainkan
alisnya naik turun.
“Haii sayang”, sapa lelaki kepada
Neisya itu sambil melangkah mendekati Neisya dan Vega.
“Hai”, sapa Neisya juga.
“Sudah lama disini?”, tanya lelaki yang
masih berdiri di samping Neisya.
“Gak kok barusan, ayo duduk”, kata
Neisya
“Vega dia Ranu, pacar baruku. Dan Ranu,
dia Vega sahabatku”, Neisya memperkenalkan keduanya.
“Heii”, sapa Ranu kepada Vega.
“Ya”, Vega menyapanya dengan anggukan.
“Oh ya Vega, gue jalan dulu yah sama
Ranu, dan jangan lupa bayarin yah”, pinta Neisya.
Vega hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya, dia tak mengerti sikap sahabatnya yang sangat berubah.
***
Ranu mengajak Neisya keliling taman
kota, dan dengan manjanya Neisya memegang tangan Ranu seperti anak kecil yang
takut ditinggal.
“Gue sayang sama lo”, kata Ranu.
“Gue juga”.
“Neisya”, Angga memanggilnya.
Yah Neisya berpapasan dengan Angga di
taman.
“Siapa dia?”, tanya Angga dengan nada
tinggi.
Neisya masih memegang tangan Ranu.
“Dia pacarku”, jawabnya Neisya dengan
wajah tak bersalah.
“P-pacar, maksudmu?”.
“Siapa dia sayang”, tanya Ranu kepada
Neisya.
Neisya hanya tersenyum mendengar
pertanyaan dari Ranu.
“Gue pacar Neisya”, ucap Angga
menantang.
“Eh jangan ngacok lo”, kata Neisya.
“Gue kan pacar lo Neisya”, ucap Angga
emosi.
“Sejak kapan?”, tanya Neisya
“Sejak kemarin”.
“Sayang apa yang di bilang itu bener?
”, tanya Ranu.
Lagi-lagi Neisya hanya tersenyum
mendengar pertanyaan dari Ranu.
“Dengerin ya Ga, itu kan kemarin
sekarang sudah beda”, ucap Neisya.
“Maksud lo?”, Angga merasa
dipermainkan.
“Gue kan pacar lo kemarin. But now, I’m
not your girlfriend again”, jelas Neisya.
Neisya mengajak pergi Ranu meninggalkan
Angga yang mematung.
Dan buuuuuuuuuuukkkkk.
Angga memukul Ranu. Ranu meringis
kesakitan, memegang perutnya yang tadi dipukul keras oleh Angga.
“Apa-apaan sih lo Angga, norak tau”,
kata Neisya pada Angga.
“Lo gak pa-pa kan sayang?”, tanya
Neisya kepada Ranu khawatir.
“Gue gak pa-pa”.
Jelas sekali Ranu sedang berbohong.
Pukulan tadi mungkin akan membuat nyeri yang amat, karena pukulan Angga tadi
sangat keras.
Angga hanya tersenyum sinis.
“Norak, lo bilang lo bukan cewek gue
lagi tanpa ada kata putus sebelumnya, lo tuh yang norak”, kata Angga masih
dengan senyum sinisnya.
“Oh gitu. Ok kita p-u-t-u-s. itukan mau
lo”.
Neisya segera memapah Ranu yang
meringis kesakitan, membawanya menjauh dari Angga.
“Nei, gue gak mau putus sama lo Nei.
Nei tunggu”, teriak Angga.
“Norak lo”, teriak Neisya kearahnya.
***